MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

BFF ala Rasulullah

BFF ala Rasulullah
Add Comments
Senin, 09 Maret 2020
Peluh perang Uhud belum juga kering ketika seorang wanita Bani Dhirar  tergopoh mencegat pasukan tersebut dalam perjalanan pulang ke Madinah. Kabar wafatnya Rasulullah telah menghadirkan kegundahan dalam hati kaum muslimin tak terkecuali wanita ini. 

 “Bagaimana keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
“Suami anda meninggal”, sahut pasukan Uhud.

“Bagaimana keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” tanya wanita ini lagi
“Ayah anda meninggal”, 

“Bagaimana keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” tanya wanita ini tanpa bergeming

“Saudara anda meninggal”, pasukan Uhud memberitakan.

Tapi dia tetap bertanya, “Bagaimana keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

“Beliau baik-baik saja, wahai Ummu Fulan. Walhamdulillah…, seperti yang anda harapkan”, 
jawab para pasukan.

Aduhai …betapa kuat wanita ini. 

Dan kemudian meluncurlah sebuah ikrar cinta nan  dahsyat yang masih bisa kita temui dalam ar-Rakhiq al-Makhtum, 256
 “SEMUA MUSIBAH SELAMA ANDA SELAMAT, ITU RINGAN” 

Deg… sebesar itukah kecintaan para Sahabat/Sahabiyat pada sang Nabi?

Perjalanan hari ini menjadi satu diantara beribu jawaban lahirnya kecintaan tersebut.

Madinah, 20 Juni 2018

"Alhamdulillah, hari ini tepat pada hari Sabtu, Allah izinkan kita untuk melakukan perjalanan  ke Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saat hijrah yaitu  Masjid  Quba”
Ustadz Herfi memberikan pembukaan diawal keberangkatan kami dari hotel menuju Masjid Quba. . 

“Menurut salah satu riwayat, Hari Sabtu adalah hari yang sering  dipilih oleh Rasulullah untuk datang ke Mesjid Quba.  Ada yang tahu mengapa?”

Ustadz pembimbing kami itu melemparkan pertanyaan kepada jamaah umroh. Beberapa saat tak ada yang menjawab. Semua sibuk menerka-nerka apa kiranya jawaban pertanyaan tersebut. Atau mungkin tak ada alasan khusus bagi Rasulullah memilih hari Sabtu sebagai hari kunjungan. Karena tak ada jawaban Ustadz Herfi melanjutkan. 

“dahulu para Sahabat yang berada di daerah  ini setiap Jum’at akan pergi ke Madinah untuk menjalankan shalat Jumat berjamaah bersama Rasulullah. Ketika mereka sampai di Madinah, Raslullah mengamati kalau-kalau ada sahabat yang tak hadir di hari itu. Jika ada, maka usai shalat  beliau akan menanyakan keberadaan si fulan. Maka kunjungan pada hari Sabtu ke mesjid ini menjadi kunjungan balasan akan kedatangan para sahabat di hari Jumat ke Madinah. Pun jika ada yang tidak datang pada hari Jumat misalnya karena sakit, maka Rasulullah menggunakan waktu tersebut untuk mengunjungi mereka”

Serasa ada aliran hangat yang mengaliri hati ini. 'Ya Rasulullah semesra itu kah engkau pada para sahabatmu?" Tanyaku dalam hati diikuti tetesan air mata. 

Entah kenapa setiap sisi hidupNya menggoreskan jejak yang manis. Dan aku gampang sekali dibuat meleleh oleh kisah hidupnya terlebih di tempat dimana setiap jengkal tanahnya menyimpan jejak wangi sang Rasul. 

“Rasulullah datang ke sini terkadang dengan berjalan kaki atuapun menaiki unta. Kadang bersma para Sahabat yang lain, kadang juga hanya sendiri”

Ustdaz pembimbing kami yang alumni LIPIA itu masih melanjutkan penejelasnnya. Lagi-lagi aku tertegun. "Jalan Kaki?"

3 km jarak anatara Madinah Al Munawwarah dan Quba.  Mungkin untuk jarak di Indonesia hal ini akan dianggap biasa saja dan dengan  mudah dilakukan. Udara yang tak pernah terlalu panas dan banyaknya pohon-pohon di sepanjang perajalanan mampu menjadi tempat  berteduh saat kita kelelahan. Namun  jangan bayangkan itu di tanah suci yang bahkan terkadang kami malas untuk sekedar pulang ke hotel yang jaraknya hanya beberapa meter.  Saking tak kuatnya menahan panas. Bahkan ketika jam masih menunjukkan pukul 08.00 pagi.

Ya Rasulullah… masih adakah sahabat yang mesranya melebihi mu? Tanah ini mejadi saksi betapa jauh sebelum orang-orang dengan berbagai kalimat romantisnya mengomentari tentang persahabatan, engkau telah menjadi contoh semesra-mesra sahabat. 

Hari ini semua orang terbata mengeja arti persahabatan, sedang akhlak mulia mu bahkan tak pernah habis digoreskan oleh sejarah tentang bagaimana menjadi sebaik2 sahabat.