MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

MEMETIK HIKMAH DIBALIK RAMADAN BERSAMA PANDEMI

MEMETIK HIKMAH DIBALIK RAMADAN BERSAMA PANDEMI
Add Comments
Rabu, 20 Mei 2020
Ramadan merupakan bulan yang kedatangannya dinanti oleh kaum muslim dimanapun berada. Setiap tahun bulan mulia ini senantiasa hadir dengan aroma yang khas. Siangnya direnda dengan kesabaran menahan segala nafsu manusiawi sedang malam-malamnya dipintal dengan berbagai ibadah. Udara  berhembus bersama lantunan dzikir. Pintu-pintu langit terbuka menampung berbagai pinta dan harap. 

Namun, ada yang berbeda pada ramadan 1441 H yang jatuh pada bulan April dan Mei 2020 ini. Ada aroma tersendiri yang kelak akan menjadi cerita. Melukis jejak sejarah yang bahkan mungkin hanya terjadi sekali dalam seumur hidup kita. Ya, kali ini Ramadan hadir dalam bentuk yang berbeda. Ramadan tanpa keramaian tarawih di mesjid-mesjid, ramadan tanpa berbagai agenda buka puasa bersama, ramadan tanpa berdesakan dalam riuhnya i’tikaf di sepuluh hari terakhir, juga ramadan yang kemungkinan besar akan ditutup dengan shalat idul fitri di rumah masing-masing. Sebuah fenomena asing yang menghadirkan sensai ganjil. 


Berbagai kondisi tersebut bersebab dunia tengah dikunjungi mahluk berukuran super kecil bernama corona. Virus ini menyebabkan penyakit yang oleh World Health Organization diberi nama resmi covid-19. Bermula di kota Wuhan, China pada akhir 2019 lalu menyebar ke berbagai belahan bumi. Di awal tahun 2020, sang virus juga bertandang ke Indonesia dan hingga kini belum ditemukan penawarnya. 

Menghadapi kondisi tersebut, berbagai langkah ditempuh guna mencegah laju penyebaran virus.  Dimulai dari karantina wilayah,  social distancing hingga aturan untuk melakukan semua aktifitas dari rumah. Bekerja, sekolah, kuliah, ibadah, dan berbagai aktifitas lain yang selama ini dilakukan diluar rumah kini didesain sedemikian rupa agar sebisa mungkin tetap berjalan tanpa meninggalkan rumah.
 
Sebagaimana ciri khas kedatangan wabah yang senantiasa membawa korban jiwa, maka demikian pula kedatangan virus corona ini. Kabar tentang penderita yang gugur setelah berupaya melawan sang virus masih terus tersaji. Tenaga medis hingga kini harus berjibaku di lini pertama menghadapi wabah corona. Mengumpankan jiwa demi menyelamatkan para penderita Covid-19. Tak hanya itu, wabah ini juga berimbas pada banyak orang yang kehilangan sumber penghasilan. Kelak akan banyak cerita duka yang dikenang.

Namun sebagai seorang muslim, kita diminta untuk menigndra lebih dari apa yang terlihat. Berupaya mencari hikmah yang berceceran dibalik sebuah peristiwa. Untuk kemudian menjalaninya dengan dua pilihan, syukur disaat mendapat nikmat dan sabar kala semua tak sesuai harapan. 

Maka, mari melihat dari sisi lain. Dibalik musibah ini ada secercah kebaikan yang menyertai. Pertama, kedatangan sang virus menjadi teguran bagi manusia yang seringkali dengan angkuh mengeliminasi keberadaan Sang Pencipta. Virus ini seolah menjadi bukti bahwa manusia selamanya adalah mahluk lemah yang membutuhkan Zat Maha Agung sebagai tempat bergantung. Dialah Allah Sang Pemilik Kehidupan. 

Kedua, keluarga-keluarga yang biasanya tak sempat untuk sekedar bertegur sapa, kini dipaksa oleh keadaan untuk kembali ke rumah masing-masing. Tentu ada banyak hal yang terjadi. Kemesraan kembali terjalin antara anak dan orang tua, adanya waktu untuk berdiskusi hangat bersama keluarga yang mungkin sebelumnya menjadi barang langka, juga kebersamaan dalam ibadah di bulan ramadan ini akan lebih maksimal.

Ketiga, pandemi ini juga menyadarkan kita betapa ada banyak hikmah dibalik syariat Islam yang mulia. Tengoklah betapa menjaga kebersihan diri kini terus digaungkan, padahal sejak dulu sejatinya seorang muslim telah diperintah untuk berwudhu, membersihkan diri lima kali bahkan lebih dalam setiap harinya. Sunnah membasuh tangan dan mengusap hingga sela-selanya yang terkadang abai kita lakukan kini pandemi memaksa untuk melakukan semua itu. 

Juga bersebab virus corona banyak yang mulai meyadari bahwa dari sebuah percakapan ada begitu  banyak droplet yang bisa mengantarkan berbagai jenis penyakit. Maka tak ada lagi alasan mencela muslimah yang meninggikan rasa malunya dengan menutup wajahnya. Sebab dibalik itu ia juga melindungi dirinya dari salah satu cara penyebaran penyakit. Bahkan di sebuah surat kabar Prancis tersaji berita yang memuji mereka yang bercadar sebagai orang yang paling aman dari virus. 

Keempat, dengan adanya himbauan untuk tetap di rumah, ada banyak kreativitas tercipta. Sebut saja berbagai kajian keagamaan yang kini tersaji dalam berbagai aplikasi. Juga seminar-seminar, workshop, bedah buku semua kini bisa diakses hanya dari layar gadget.  

Kelima, berbagai kesedihan sebagai imbas dari kedatangan corona menjadi ajang menebalkan kepedulian pada sesama. Lembaga-lembaga donasi berlomba menghimpun dana dari para dermawan untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. 

Demikian sekelumit kebaikan yang bisa penulis paparkan mengenai ramadan di tengah pandemi corona. Namun kebaikan tersebut merupakan pilihan dari pribadi masing-masing. Tidak semua akan mendapatkan kebaikan jika waktu yang ada hanya sibuk mengurusi diri sendiri. Mengisi waktu dengan bermalas-malasan, marathon menonton tayangan-tayangan tanpa makna, atau membunuh waktu dengan game-game yang melalaikan.

Satu hal yang mestinya menjadi pertimbangan dalam setiap kegiatan kita terlebih dibulan ramadan yang mulia ini. Saat ramadan berlalu dan wabah ini usai, catatan apa yang tertera dalam timbangan amal kita. Mari sejenak menginstrospeksi diri sebelum penyesalan datang menyapa. Apakah kedatangan #ramadan ditengah wabah  #Covid-19 membuat kita bergelimang dalam #kebaikan ataukah semua itu berlalu dalam kesia-siaan?  

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition “Ceritaku Dari Rumah” yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan

 

  1. Masyallah paling mantap kune,..
    Paragraf2 akhir mengena sekali

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah...semoga bermanfaat 😁😁

    BalasHapus
  3. Tulisan yg sangat bagus👍penuh hikmah😊semoga menjadi amal kebaikan yg tak pernh putus..teruslah berkarya 😊😊

    BalasHapus
  4. Aamiin yaa robbal alamin 🤲🤲😍.. Barakallahumma fiikum.

    BalasHapus
  5. Maa syaa Allah, hikmah dan paragraf terahir nyangkut skali kak. Barakallah 😍

    BalasHapus
  6. Masya Allah... Mantul kali tulisannya

    BalasHapus
  7. Masya Allah.. mantep banget ini tulisan. Tengkiu penuliss

    BalasHapus