MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Perang, Syarat Untukmu Menikahiku.

Perang, Syarat Untukmu Menikahiku.
Add Comments
Sabtu, 27 Oktober 2018

"ajarkan saja anakmu Syariat ini (Islam). Didik mereka dengan Adab dan ilmu. In syaa allah generasi brilian akan kembali hadir"
Demikian kesimpulan yg bisa saya ambil dalam satu ceramah Ust. Budi Ashari, Lc.
SYARIAT....
Ya... Generasi hebat umat ini... Fondasi ilmu mereka adalah Syariat.. Mendahulukan adab sebelum berilmu. Tak heran mereka hebat dalam urusan dunia maupun akhirat.
========
Usianya baru 14 tahun, namun orang tuanya telah percaya bahwa ia mampu mengemban tugas sebagai Istri. Maka pada tahun 1862 ia dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Beliau adalah Cut Nyak Dien. Putri kebanggan masyarakat Aceh bahkan Indonesia.
Gak usah heran...
Ini bukan pernikahan dibawah umur yg dipaksakan... Atau pernikahan ala zaman now yg hanya untk menutupi aib..
Baca kembali catatan diatas... "Anak yg didik dengan Syariat itu briliant."
Cut Nyak dien lahir dari keluarga taat beragama. Sejak dini beliau didik agama oleh orang tuanya dan juga para ulama Aceh...
Bukan cuma ilmu agama... Beliau juga dibekali ilmu lain dan disiapkan menjalani tugas2nya sebagai wanita... Mencuci, memasak, dan ilmu2 berumah tangga didapatkan lansung dari didikan keluarganya...
Skitar tahun 1873 atau 7 tahun pasca pernikahan tsb.. Kaphe Ulanda (Belanda Kafir) datang memporak-porandakan Aceh... Masjid Agung Baiturrahman di bakar.
Tentu saja, masyarakat Aceh tak terima.. Bagaimana mungkin Masjid yg menjadi kebabggaan mereka,, tanah tempat mereka menjalani kehidupan dalam beberapa saat d luluh lantahkan manusia2 kafir.
Maka di bawah pimpinan Kesultanan Aceh, mereka bergerak melawan. Ruh jihad menjadi penggerak nya.
Meski harus berhadapan dengan moncong senjata.. Rencong mampu membalas. Alhamdulilah Kesultanan Aceh lah yang menang dan menewaskan Kohler, pimpinan pasukan Belanda.
Hal ini membuat Belanda meradang dan kembali melancarkan serangan. Mereka berhasil merebut keraton Sultan dan menduduki daerah IV Mukim (tempat tinggal kekuarga Cut Nyak Dien) pada tahun 1874
Saat itu Cut Nyak Dien tak bisa mendampingi sang suami di medan Jihad sebab beliau dikaruniai seorang Bayi. Beliau dan para ibu - ibu hanya bisa mengungsi.
Qadarullah, tahun 1878 sang suami syahid pada sebuah pertempuran di Gle Tarum.
Kecintaan pada agama dan kesetiaan pada sang suami membuat darah juangnya semakin berkobar. Beliau bertekad untuk berada di garda terdepan menumpas Belanda yg juga telah merenggut nyawa keluarganya.
Sejak saat itu, muslimah tangguh ini bergerilya bersama pasukannya melawan Belanda. Keluar masuk hutan menyusun strategi dan melatih anggota2nya.
Semangat juang ini ternyata menghadirkan benih cinta dihati seorang pemuda.. Sang pemuda lalu mengajukan lamaran... Pemuda ini adalah Teuku Umar..
Namun lamaran ini ditolak oleh Cut Nyak Dien... Beliau masih ingin berjuang.
Tak kehabisan akal, Teuku Umar mengatakan bahwa ia boleh ikut serta di medan perang meski nanti sudah kembali menjadi seorang istri...
Izin perang inilah yang akhirnya meluluhkan hati Cut Nyak Dien hingga bersedia menjadi pendamping Teuku Umar.
Tak hanya partner dalam berumah tangga. Namun juga partner di medan jihad.
So sweet bukan??? 
Bersambung.....