MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Lebih Dekat Badiuzzaman Said Nursi

 Lebih Dekat Badiuzzaman Said Nursi
Add Comments
Senin, 13 November 2023

Tulisan ini adalah rangkuman dari program Literasi MQ Radio yang disiarkan lewat YouTube. Membahas tentang buku Kstaria Terakhir. Buku yang ditulis oleh seorang ulama, yang menceritakan tentang ulama. Masya Allah. Karya ini kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Astri Kartini Alafta S.S.,M.Ed (Pemimpin Redaksi Majalah Mata Air).

Sebelum lanjut saya mau cerita dulu proses mengenal Mbak Astri. Tahun 2021 Majalah Mata Air mengadakan lomba menulis artikel. Berhubung temanya saya suka jadi waktu itu diputuskan untuk berpartisipasi. Alhamdulillah masuk 10 besar dari seluruh Indonesia. Hadiahnya adalah bundel majalan dan beberapa majalah bulanan. 

Ketika hadiahnya sampai, saya dibuat terpesona dengan majalah ini. Masya Allah super duper keren. Menyajikan sains dengan merujuk pada Al-Quran. Bahasa penyampaiannya mudah dicerna dan tidak terlampau tinggi untuk pembaca pemula. Intinya saya jatuh cinta sama majalah ini. 

Suatu hari, saya bergabung di grup Basralicious. Grup WA yang dibuat oleh Akmal Nasery Basral. Salah satu penulis kenamaan di Indonesia. Dan, di grup tersebut ternyata ada Mbak Astri, pimpinan redaksi Majalah Mata Air. Grup ini memang spesial sih karena isinya orang-orang pegiat literasi yang berasal dari berbagai profesi. Beberapa hari lalu Mba Astri mengirim ke grup link YouTube yang membahas tentang karya yang diterjemahkannya yaitu Ksatria Terakhir. 

 

Ustadz Farid Al Anshori sang penulis novel kagum melihat karya-karya Ulama Said Nursi. Bukan dia saja tapi juga banyak ulama Arab yang mengagumi Said Nursi. Kemudian, Ustadz Farid yang berasal dari Maroko, datang ke Istanbul dan berkelana mengelilingi Turki

Yang menarik dari novel ini adalah menceritakan proses riset Ustadz Farid yang berkelana di tempat-tempat yang pernah bersinggungan dengan Said Nursi -sepertinya mirip penceritaan Api Tauhid-. Di buku roman ini, pembaca akan menyaksikan bahwa ini bukan buku biografi biasa. Bahasanya asyik, plot twistnya Masya Allah. Agak misterius di bagian-bagian awal. Bahkan Mba Astri ketika menerjemahkan buku ini tengah malam merasakan sensasi merinding. 

Kisah misterius ini kemudian diramu oleh Ustadz Farid jadi kisah yang renyah. Page turner. Membuat pembaca bertanya-tanya setiap kali membalik halaman. Cara penceritaanya luar biasa dan sastranya sangat tinggi.  

Mbak Astri bukanlah penerjemah pertama. Ada dua orang hebat lain yang lebih dulu dipilih tapi mereka tidak menyanggupi. Padahal kelarnya Dr. dan sudah banyak menerjemahkan kitab fikih. Mbak Astri sampai mengalami beban mental ketika buku ini sampai di tangan beliau.Sempat ragu dan mencari keyakinan lewat shalat. Khawatir merasa bisa tapi sebenarnya tidak bisa dan hasil terjemahan tidak seindah karya asli.

Persiapan spiritual lebih diutamakan ketimbang persiapan fisik. Persiapan mental setiap kali membuka bab. Sampai pada akhirnya, ketika selesai saya menganggap bahwa bukan karena saya bisa tapi murni pertolongan Allah.

Ibarat bikin adonan.Kalau penerjamah tidak bisa membuat adonan yang sama lezatnya maka itu menjadi beban tersendiri. Dibuku ini bukan seperti penerjemah tapi seperti seorang murid yang sedang belajar. Banyak kejadian yang susah untuk dijelaskan dalam proses penerjemahannya. 

Yang paling nyata adalah kaget ketika selesai dan membaca halaman terkahir, ada catatan penulis Istanbul 18 Rajab. Masya Allah. Tanggal yang persis sama dengan saat Mbak Astri menyelesaikan terjemahannya. 

3 kali proses penerjemahan. Pemindahan bahasa, penambahan diksi, dan keindahan sastra. Jadi, proses polesan sastranya lumayan memakan waktu. Padahal waktu itu penerbit berkejaran dengan waktu International Book Fair. Berusaha mempertahankan ketinggian pemahaman penulis asli. 

Salah satu scene paling merinding adalah ketika pemindahan makam Badiuzzaman Said Nursi. Bab tertentu pakai bahasa Junun yang artinya gila. Tapi dalam arti positif. Sayangnya, ini tidak masuk ketika dicetak. Diubah menjadi gemar membaca. Aslinya, itu memang gila membaca. Sampai ada satu bab yang meneritakan bagaimana 'gila'nya Said Nursi pada bacaan. Sehingga beliau dikenal sebagai Badiuzzaman. Orang cerdas pada zamannya. 

Orang kalau digelari Badiuzzaman maka ini artinya tidak ada tandingannya pada zamannya. Kecemerlangan di zaman itu. Kenapa dia digelari demikian? Karena beliau itu sangat cerdas. Belum usia 15 tahun bukan hanya menghafal Al-Qur'an dan hadist tapi sampai hafal 80 kitab klasik. 

Ulama saat itu untuk emnguji kecerdasannya, ditandingkan antar satu sama lin. Satu kali, ada ahli Geografi yang bertanya kepada Said Nursi "Bisakah anda saya tantang pengetahuan ilmu geografi atau astronomi?". Said Nursi meminta waktu satu malam saja untuk menghafal kitab-kitab Geografi. Masya Allah.

Dalam buku Ksatria Terakhir, ada bab yang membahas bagaimana sampai bisa secerdas itu. Memotret bagaimana Said Nursi ketika beliau tinggal di rumah Gubernur di Provinsi Bitlis. Pada momen itu ada satu rahasia dimana orang biasa bisa meniru apa yang menyebabkan Said Nursi menjadi hebat. 

Bisa dibilang paket komplit. Ada sastra, tips, dan biografi.     

Apa yang bisa dipelajari dari Ksatria Terakhir?

Ditujukkan untuk semua usia. Tapi saat ini di Penerbit Republika menggaungkan bagaimana  anak muda diberi literasi yang positif. Bagaimana menyediakan buku yang walaupun menghibur tapi tetap ada sesuatu yang positif. 

Anak muda harus diberi akternatif untuk membaca hal-hal yang baik dalam arus dunia yang sedang tidak baik-baik saja seperti saat ini. Tidak bisa hanya ngomong tidak boleh A, B, atau C. Mereka punya potensi luar biasa. Berikan bacaan yang tetap renyah sehingga membacanya tidak bete. 

Nah, Ksatria Terakhir ini kita akan mendapatkan banyak hal. Edukasi tentang tulisan sastra yang baik. Belajar sejarah secara asyik. Meramu fiksi dan non fiksi secara presisi. Peristiwa sejarah antara tahun 1885-1960 an. Pada masa itu menjadi salh satu yang sejarahnya paling bergolak. Masya Allah, ketika menterjemahkan Mba Astri belajar banyak sekali ilmu dan pembaca insya allah akan mendapatkan kedalaman iman.

Ada satu kisah ketika Said Nursi zikir. Cara menceritakan bagian ini, wow Masya Allah. Itu membuat masyarakat di wilayah pengasingannya, jadi rahmat bagi tempat tersebut. Pergerakan yang dilakukan bersama masyarakt wilayah setempat adalah pergerakan ilmu. Ini yang harus kita pelajari.

Ada banyak solusi dalam buku ini tentang permasalahan umat seperti yang dihadapi saat ini. Kegalauan anak muda, anak alay merasa perlu healing? Insya Allah habis baca buku ini, kita akan malu.