MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

#ReviewBuku ''PhD Parent’s Stories" –Menggapai Mimpi Bersama Pasangan Hidup-

#ReviewBuku ''PhD Parent’s Stories" –Menggapai Mimpi Bersama Pasangan Hidup-
Add Comments
Selasa, 11 Oktober 2022

"Kalau orang tuanya sibuk, pasti anak-anaknya terbengkalai."

Kalimat di atas tentu sudah familiar di telinga kita. Sebagaimana debat tak berkesudahan yang membenturkan antara ibu bekerja VS ibu rumah tangga full time. 

Memang, tidak bisa dipungkiri kalau banyak anak-anak tak terkontrol akibat kesibukan orang tuanya. Namun, anggapan demikian tidak lantas membuat kita bisa menggeneralisir hal tersebut pada semua keluarga. Nyatanya ada kok, keluarga yang suami istri sibuk tapi anak-anak mereka tetap bisa terhandle dengan baik. 

IMO, baik dan buruknya keluarga tergantung bagaimana pola hidup dan pola didik yang diterapkan. Salah satu contoh keluarga sibuk yang tetap bisa mengoptimalkan perhatian pada anak yaitu keluarga Bapak Ario Muhammad, PhD sebagaimana tertuang dalam buku PhD Parent’s Stories.


Source : IG @waode_1453

Buku ini berisi perjalanan sepasang suami istri yang berjuang meraih gelar Doktor di Inggris Raya. Terdiri dari 5 bahasan utama yang dipecah menjadi 16 bab. Lima bahasan utama tersebut adalah :

  •       Memilih pasangan hidup
  •       Perjuangan perempuan semesta
  •       Mendidik anak semesta
  •       Belajar dari mereka
  •       Sebuah renungan untuk masa depan anak kita 

Sebelum lanjut bahas bukunya, ada baiknya kita kenalan dulu sama tokoh-tokoh utama dalam buku ini. 

1.   Ario Muhammad, PhD

Seorang doktor di bidang Earth Science kelahiran Malifut (Halmahera Utara). Beliau meyelesaikan studi doktoralnya di University of Bristol Inggris. Jenjang S1 ditempuh kota Yogyakarta tepatnya di UMY. Lulus dengan predikat cumlaude kemudian mendapatkan beasiswa dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST). Di tengah kesibukan menyelesaikan studi dan pekerjaan, beliau mampu menelurkan tulisan-tulisan bergizi baik dalam bentuk jurnal-jurnal bertaraf internasional, novel, dan juga buku pengembangan diri.

2.      Ratih Nur Anggraini, PhD

Seorang wanita Jawa yang sanggup membuat saya salut atas pilihan-pilihan hidupnya. Masya Allah. Saya salut pada keberaniannya menerima pinangan seorang lelaki dalam keadaan yang masih belum jelas pekerjaannya sementara beliau telah berstatus sebagai seorang dosen. 

Salut pada perjuangan beliau menuntaskan S2 ditengah perjuangan dalam kepayahan yang bertambah-tambah ketika mengandung DeLiang di negeri yang jauh dari sanak saudara. Juga salut pada upayanya untuk terus menuntut ilmu hingga jenjang doktoral dengan tetap menjadi sosok rebutan anak-anaknya. Two thumbs up for you Mba. 

3.  Muhammad DeLiang Al Farabi. 

     Putra pertama Pak Ario dan Bu Ratih yang lahir di negeri Taiwan. Menjadi saksi perjuangan kedua orang tuanya dalam menyelesaikan studi  S2. Sejak dalam kandungan ia telah berkenalan dengan dunia riset. Pada usia 3 pekan, di tengah musim panas ia menjadi saksi perjuangan ibunya menuntaskan S2 nya dalam penjagaan sang ayah. 

        DeLiang adalah sosok anak yang insya Allah tak perlu melewati krisi masa remaja sebab sejak dini ia telah membuat pencapaian-pencapaian berbeda dari anak seusianya. Kadang saya merasa insecure melihat pencapaian-pencapaian DeLiang di usia yang masih sangat belia. 

4.   Daisy Ramadhani Muhammad

Nona Maluku yang kerap menghadirkan tawa ketika melihat pertumbuhannya di laman IG ario_muhammad87.  Lahir setelah menemani sang ibu melewati tahun pertama studi S-3 nya. Jabang bayi Daisy boleh dikata sebagai jabang bayi ilmuwan sebab sejak awal-awal terbentuk ia telah berkenalan dengan dunia riset dan tumpukan paper. 😃😃

Lagi-lagi saya dibuat salut dengan kegigihan Mba Ratih ketika mengandung Daisy. Sebagaimana dipaparkan dalam buku ini pada halaman 112 "Malam-malamnya adalah malam menahan mual saat memikirkan sidang tahun pertama. Hari-harinya adalah hari menahan nelangsa karena tak kesampaian mendapatkan makanan yang diidamkan. Hanya air mata yang menjadi solusi. Siang dengan tumpukkan paper , malam dengan mualnya yang sangat menyiksa".

Hal-hal mengagumkan di atas tentu tak terjadi secara spontan dan sim salabim. Perlu ada pemantik agar kobar semangat perjuangan tak padam meski banyak halang rintang. Pada halaman 178 penulis menjelaskan panjang lebar teori tahan banting yang digunakan oleh keluarga mereka. 

Salah satunya dari Dr. Angela Duckworth. Dr Angela dalam bukunya berjudul GRIT  merumuskan cara merealisasikan target agar sukses tercapai. GRIT merupakan gabungan antara passion dan kekuatan untuk berusaha menghadapi kesulitan dalam waktu yang lama.

Menumbuhkan karakter GRIT dilakukan dengan mengaplikasikan the hard thing rule atau aturan yang sulit  :

Ingat aturan ini SULIT yaaa… jadi jika ingin mengaplikasikannya maka harus benar-benar dengan tekad yang kuat.

Aturan pertama : semua anggota keluarga termasuk ayah dan ibu harus memiliki satu atau lebih aktivitas yang sulit (hard thing). Pilih kegiatan yang membutuhkan deliberate practice –aktivitas rutin yang dilakukan dengan serius, penuh konsentrasi, evaluasi, dan perbaikan terus menerus sepanjang waktu.

Kedua ; You can quit, Kamu bisa berhenti dari hard thing tersebut tetapi berhentinya setelah mencobanya dalam waktu yang lama. Minimal satu tahun dan berhenti setelah mencoba maksimal

Ketiga, anda sendiri yang menentukan hard thing yang kalian lakukan. Tertarik lalu tekuni. Contohkan pada anak hingga dia berpikir bahwa jika ingin sukses maka harus bekerja keras. 

Selain tentang kerja keras buku ini juga menyimpan ilmu-ilmu parenting berharga. Salah satunya interaksi antara ANAK dan AYAH. 

Pak Ario bisa menjadi sosok Ayah yang menempatkan diri sebagai teman diskusi bagi anak-anaknya. Diskusi antara anak dan ayah dalam berbagai penelitian disebutkan sebagai momen pendidikan yang akan sangat membekas bagi anak. Momen berharga untuk menanamkan nasehat-nasehat berharga. 

Sayangnya, banyak ayah seringkali kehilangan kosakata di depan anaknya. Walhasil mereka sering diposisikan hanya sebagai mesin ATM. Ustadz Budi Ashari dibuat gemes dengan para Ayah model seperti ini. Beliau sampai ingin membuat panduan percakapan bagi para ayah dalam setahun agar tak ada lagi "ayah-ayah bisu" di depan anak-anaknya.

Simaklah percakapan saat suatu kali DeLiang dan ayahnya menuju masjid, “Ok now, which one is more important. being smart or being a hard working?”- Ok, mana yang lebih penting, menjadi orang pintar atau pekerja keras? (Hal. 193)

Ditanyakan oleh seorang ayah pada anak berumur kurang dari 10 tahun. Daannn.... jawaban yang diberikan oleh DeLiang sangat luar biasa untuk anak seusianya. Hal yang mungkin akan susah ditemui pada anak-anak kebanyakan. 

Percakapan di atas bukanlah pertanyaan ujug-ujug. Pertanyaan tersebut muncul sebagai buah dari dialog panjang dan pemahaman yang terus menerus ditanamkan. 

Pola parenting yang diterapkan  dalam keluarga ini, memadukan antara ilmu parenting dari literatur-literatur Islam dan juga penelitian-penelitian terkini.

“Setiap kali bercerita dengan DeLiang, kata WHY ini tidak akan pernah berhenti kupakai. Agar dia terus diajak untuk berfikir." (Hal. 192)

Kata WHY penting sekali menjadi kosakata dalam percakapan bersama anak. Mengapa? Ketika anak paham alasan sebuah tindakan maka tak sulit untuk menggerakkannya. Tentu bukan alasan yang sekedar dibuat-buat. Tetapi alasan yang lahir dari kesadaran.

Berbeda jika anak hanya terbiasa dengan WHAT dan HOW. Banyak yang tahu WHAT nya ibadah Shalat dan HOW mengerjakannya. Tapi banyak yang tidak melakukan. Ini karena WHY nya tidak kuat sehingga tidak menjadi tuas yang menggerakkan.

Dengan 52 daftar pustaka, buku ini saya rasa pantas untuk dijadikan salah satu referensi dalam dunia parenting. Terlebih bagi mereka yang juga sedang berada dalam kesibukan. Harga buku dengan kualitas sebagus ini sangat murah yaitu 45.000 rupiah tanpa ongkos kirim ke seluruh Indonesia. Mahar yang tentunya sangat minimalis untuk  dibarter dengan sajian isinya yang penuh gizi. 

Oh ya, sebagaimana kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak, demikian pula di buku ini. Pada beberapa halaman terdapat typo dalam penulisan. Namun, tidak begitu berpengaruh terhadap isi buku.

Percakapan antara DeLiang dan ayahnya kebanyakan dilakukan dalam bahasa Inggris yang kemudian ditranslate dalam paragraf yang sama. Bagi sebagian orang yang mampu mengerti maknanya, bagian ini mungkin mengganggu. Tapi bagi yang tidak paham bahasa Inggris, bagian ini tentu saja sangat membantu. 

So, tunggu apalagi. Miliki bukunya dan nikmati manfaatnya.