MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Ayah dan Virus Corona

Ayah dan Virus Corona
Add Comments
Kamis, 12 Maret 2020

Wabah virus Corona tengah menjadi perbincangan dunia. Beragam tanggapan mengemuka. Ekonomi dunia limbung. Sederet pertemuan dan pergelaran internasional  ditunda bahkan dibatalkan. Di pusat-pusat ilmu pengetahuan semua berjibaku untuk segera menemukan penawar makhluk berukuran super kecil ini. Entah kapan, semoga segera. In syaa Allah.

Diantara semua sumber berita, ada yang menarik pada potongan gambar di sebuah rubrik koran Perancis. Sang penulis  menghubungkannya dengan cadar, sentuhan dalam Islam, dan wudhu. Ah, flu dan syari'at Islam. Sebuah memori usang berkelebat.

"Kok, kamu bisa flu?" Ayah menanyaiku suatu hari. 

Aku menangkapnya lengkap dengan ekspresi bingung. "ya, bisa saja kan. Namanya manusia juga pasti sakit."

"Kalau sekali dua kali mungkin wajar. Tapi sepertinya akhir-akhir ini kamu sering mengalaminya"

Ku kais memori-memori yang tersimpan di otakku. Ku sadari memang akhir-akhir ini sering flu padahal bukan musim hujan.

"Coba periksa kembali wudhu mu. Orang yang wudhunya benar, biasanya tidak gampang terkena flu." Ayah melanjutkan

"Apa hubungannya wudhu sama flu?" Seperti yang sudah-sudah, aku selalu tak bisa menangkap ke arah mana pertanyaan ayah. 

"Wudhu tak sekedar menciprat-cipratkan air pada anggota tubuh. Lebih dari itu, wudhu punya tata cara yaang didesain khusus untuk banyak hal. Bukan hanya tentang kesucian fisik namun juga kesucian bathin". Ayah melanjutkan sedang aku dalam mode roaming.

"Misalnya saat kau memasukkan air kehidung, apa benar kamu hirup lalu keluarkan dengan benar? jika iya, seharusnya Itu efektif sekali mengeluarkan zat2 berbahaya yang kita hirup. Lima kali sehari, belum ditambah untuk aktifitas Sunnah. Seorang muslim sejatinya adalah manusia paling bersih didunia ini."

Mode menyimak kuaktifkan karena pasti masih akan berlanjut.

 "Tangan sebagai bagian tubuh paling sering menyentuh yang kemungkinan besar berinteraksi dengan kuman-kuman, diminta oleh syariat untuk dibersihkan hingga ke sela-selanya. Lebih dari itu, dari segi bathiniyah, kita membersihkannya dari keinginan mencelakai orang lain, mengambil sesuatu yang bukan milik, dan hanya menggunakannya untuk hal-hal yang disukai oleh-Nya"

Ya...ya...ya...aku menyimaknya sambil lalu. Pikiranku belum sampai kesana. Wudhu ya wudhu...ciprat...ciprat...ciprat...beres. sudah. Ego kekanakanku melewatkannya saat itu. 

Kini aku ingin duduk dan mendiskusikannya lebih jauh.  Namun, itu sekedar angan. Ia telah pergi memenuhi panggilan Rabb-Nya.