MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Menyibak Sisi Lain Benteng Terluas di Dunia -Part II-

Menyibak Sisi Lain Benteng Terluas di Dunia -Part II-
Add Comments
Senin, 19 Juni 2023

Bagi yang belum tau benteng terluas di dunia ada dimana, silahkan baca part I dulu yaaa… 

Discliaimer "tulisan ini merupakan analisis pribadi. Kalau ada yang punya referensi yang lebih terpercaya, tolong dishare ya!"

 Pict. Salah Satu Sisi Benteng Keraton Buton

Meski ini bakal bahas sejarah tapi pleeeease jangan under estimate dulu. Bisa jadi, anda sama dengan saya saat masih jadi pelajar berseragam. Dimana pelajaran sejarah menjadi salah satu momok. 

Bagaimana tidak, sepanjang pelajaran diharuskan menghafal berbagai nama, tanggal, dan peristiwa. Sesuatu yang sangat menyiksa karena bawaaanya saya tidak suka menghafal.

Lalu, semua berubah 180o saat menemukan ‘rasa baru belajar sejarah’. Belajar yang dikemas dengan penyampaian yang enak dan sarat hikmah ala Ustadz Budi Ashari, Ustadz Adian Husaini, Ustadz Tiar Anwar Bachtiar penulis buku Jas Mewah (Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah dan Dakwah), Ustadz Salim A Fillah, Felix Y Siauw dalam buku Beyond The Inspiration, Mba Uttiek penulis Serial Jelajah 3 Daulah, Mas Edgar Hamas penulis buku The Untold Islamic History (Sejarah Islam yang Belum Terungkap).

Kini, rasanya ilmu sejarah itu bikin ketagihan. Kenapa?      

Karena pemapaparan mereka menjadi obat bagi rasa malas dan insecure saya sebagai seorang muslim yang dulu merasa bahwa sepanjang perjalanan roda dunia, muslim tidak memiliki kiprah apa-apa. Ternyata oh ternyata.

Muslim itu WOW. TOP BGT.  Kenapa bisa gitu?

Cerita lengkapnya ada di part I tapi intinya saya menemukan betapa Islam dan muslim membawa warna tersendiri dalam kancah peradaban. Bahkan berdasarkan analisisku di tulisan ini, kiprah mereka hingga ke Tanah Buton dan menjadi sesuatu yang berpengaruh hingga masa kini.

 Pict. Masjid Agung Keraton Buton

Jika tulisan sebelumnya lebih fokus ke masalah naskah yang ada di keraton, maka kali ini saya coba mengajukan pertanyaan lain tentang keraton ini. 

Ide Pembangunan Benteng Dari Siapa?

Jika biasanya keterangan yang didapat saat mencari informasi tentang Benteng Keraton Buton hanya nama pendiri dan tahun pembuatan, tidakkah kita bertanya ide pembangunannya dari siapa? Rasanya mustahil kalaa tiba-tiba ada.

Meskipun saya belum menemukkan rujukan ilmiah seputar sumber idenya tapi ada benang merah yang bisa disimpulkan saat melihat nama pendiri dan tahun pembuatannya.

Benteng Keraton Buton dibangun pada masa pemerintahan Sultan Buton ke 3/Raja ke 8 bernama La Sangaji Sultan Kaimuddin. Beliau memerintah tahun 1591-1596.

Sengaja tulisan Sultan Buton ke 3/Raja ke 8 saya tebalkan karena mungkin banyak yang belum tahu jika pemerintahaan Buton di masa lalu terjadi transformasi dari bentuk kerajaan menjadi kesultanan (pemerintahan berdasar Syariat Islam).

Bagi saya ini merupakan peristiwa fantastis di masanya. Mengapa?

Sebab jika di bawa ke masa sekarang, hal tersebut akan sama dengan perubahan bentuk pemerintahan Indonesia dari negara republik menjadi negara berdasar syariat Islam. Tau kan betapa sensitifnya hal tersebut di masyarakat kita?

  Pict. Salah Satu Istana di Lingkungan Keraton

Tentu menjadi pertanyaan, bagaiaman kondisi di masa itu? Tidakkah ada pergolakan?  Siapakah yang membawa Islam ke tanah ini hingga berpengaruh sedemikian besar? Bagaimana metode dakwahnya hingga sanggup merubah sistem pemerintah sebuah daerah yang jauh?

Merujuk buku Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara : Kesultanan Buton terbitan Depdikbud, 1996, sumber-sumber lisan menyatakan bahwa Islam telah menyentuh masyarakat Buton sejak akhir abad 13 melalui kedatangan Mia Patamiana (Orang yang empat), kemudian singgah pula para pengajar Islam yang akan menuju ke timur Nusantara (Ternate). Juga para pedaagang.

Jadi, Islam awalnya tersebar di kalangan rakyat biasa. Kemudian semakin masif setelah kedatangan seorang mubaligh bernama Syeikh Abdul Wahid pada tahun 1511 (abad 16).

Lagi-lagi hal ini menarik untuk diperhatikan. Kedatangan orang-orang tersebut hingga saat ini belum ada sumber pasti tentang asal dan tujuannya. Sebagian sumber menyebut berasal dari Arab sebagai pengajar Islam (mubaligh), sebagaian lagi menyebut para pedagang dari Gujarat, sebagain pula menyebut dari Johor.

Analisis saya, jika sekedar pedagang, tentu efeknya hanya pada tataran masyarakat. Namun, jika langsung diterima oleh lingkungan kerajaan, mendakwahi hingga merubah sistem tata negara serta menjadi penasehat, maka lebih masuk akal jika mereka adalah utusan yang sengaja di utus untuk mengajarkaan Islam dan ilmu-ilmu lainnya.

Mereka datang sebaagai utusan yang terkoordinir dengan membawa bekal ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendakwahi daerah baru. Bukan orang asal jalan dan tiba-tiba sampai ke Tanah Buton. Terlalu jauh dan beresiko untuk masa itu. Meski tak bisa dipungkiri bahwa para pembawa Api Tauhid rela menghadapi segala resiko demi tersebarnya dakwah.

Para mubaligh tersebut sudah pasti memilki ilmu geografi terkait medan dakwah, pengetahuan seputar bahasa setempat, keadaan masyarakat, mereka juga membawa ilmu sistem pemerintahan, tata negara, dan ilmu lainnya.   

Jika ditarik pada skala yang lebih luas, pada masa itu penguasa wilayah muslim terbesar adalah Kekhalifahan Turki Utsmani. Pada masa kepemimpinan Muhammad Al-Fatih dilanjutkan Sultan Bayazzid II (putra Muhammad Al Fatih).

Peresmian tata negara Buton dari Kerajaan menjadi Kesultanan bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuini. Tidak menutup kemungkinan, pemerintahan merekalah yang mendesain medan dakwah dan mengirimkan para mubaligh hingga jauh ke Tanah Buton.

Masya Allah, tak terasa air mata saya menetes membayangkan andai analisis ini benar adanya. Tokoh-tokoh yang selama ini membuat kagum dengan kiprah peradabannya, ternyata adalah sosok perantara Islam masuk ke daerah kami.

Mengenal Lebih Jauh Kiprah Syaikh Abdul Wahid

Syeikh Abdul Wahid membawa Islam secara resmi masuk ke lingkungan kerajaan. Saat itu Kerajaan Buton dipimpin oleh Raja Mulae. Raja Mulae masuk Islam, menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, dan ingin merubah sistem ketatanegaraan dari Kerajaan menjadi Kesultanan.

Menarik untuk menyimak bagaimana proses perubahan ini terjadi. Sebagaimana tertulis dalam buku Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara : Kesultanan Buton terbitan Depdikbud, 1996. Berikut kutipannya “Sebelum resminya ketatanegaraan Islam itu Raja Mulae terlebih dahulu mengutus Syeikh Abdul Wahid yang telah ditetapkan sebagai penasehat/guru agama di kerajaan agar pergi menyampaikan keinginan raja Buton pada Mufti Kerajaan Turki di Istambul untuk menjadikan Buton kerajaan Islam yang berbentuk kesultanan.  

Dalam perjalanan pulang itu Abdul Wahid meninggalkan Buton selama 15 tahun. Ketika tiba kembali di Buton Raja Mulae telah berpulang kerahmatullah dan digantikan oleh menantunya Lakilaponto. Sesuai pesan Mufti kerajaan Islam di Istambul, Abdul Wahid melantik Lakilaponto sebagai Sultan Buton pertama dengan gelar Muhammad Kaimuddin pada tahun I 538 (Zahari, 1977;). Masa inilah awal berdirinya kerajaan Islam di Buton.

Naaah..., fakta ini semakin menguatkan analisis sebelumnya. Saya jadi teringat pada tulisan Mba Uttiek dalam buku Journey to The Greatest Ottoman “Semua raja-raja di Nusantara yang bergelar sultan memiliki hubungan dengan Daulah Utsmani. Mereka mengirim upeti ke Istanbul untuk mendapat izin menggunakan gelar tersebut.”

Berarti saat itu sudah  terjalin diplomasi dengan Turki Utsmani. Jika ditelisik tahun kedatangan Syaikh Abdul Wahid, saat itu Kekhalifahan Turki Utsmani sedang dipimpin oleh Bayazid II. Melanjutkan pemerintahan ayahnya Muhammad Al Fatih. Tokoh fenomenal yang membuktikan bisyarah Rasulullah tentang penaklukkan Konstantinopel.

Sedangkan kedatangan kedua bertepatan dengan masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Beliau merupakan cucu Muhammad Al Fatih dan di masa beliau wilayah Islam merambah hingga jauh.

Setelah mengubah bentuk pemerintahan, mulailah ada pembangunan benteng pada masa sultan ke tiga sebagai sistem pertahanan. Jadi, ide pembuatan benteng menurut saya adalah hasil dakwah dari sang mubaligh. Juga dibuatnya konstitusi tertulis Martabat Tujuh di masa Sultan  ke empat La Elangi Dayanu Ikhsanuddin (1597-1631 M).  

Pict. Daftar Nama Raja dan Sultan Buton

Merujuk Kiprah terkait pembangunan benteng, perubahan system pemerintahan, pemilihan sebagai dewan penasehat kerajaan. Artinya yang membawa Islam ke tanah ini bukanlah orang biasa. Sudah pasti beliau seorang yang paham ilmu agama, ahli diplomasi, tata pemerintahan, ahli bela diri, ahli bahasa, dan berbagai ilmu lainnya.

Sungguh luar biasa bukan? Berabad silam sarana transportasi belumlah sebanyak dan seaman masa sekarang. Saat itu transportasi menuju pulau-pulau nusantara hanya bisa ditempuh melalui jalur laut. Dari jazirah Turki sebagai pusat pememrintahan Utsami untuk sampai ke Buton melewati samudera dan selat-selat dengan keganasan ombak luar biasa. Terlebih di masa itu penjajah juga sedang rese-resenya menjajah dunia timur dengan membawa semboyan Gold, Gospel, dan Glory.

Apa kabar kita hari ini? Sejauh mana ilmu dan dakwah kita? Ah, benar-benar memalukan.

Apa tujuan mereka datang dari jauh? Mencari kekayaan sebagaimana penjajah yang membawa semboyan Gold, Gospel, Glory nya? Mencari daerah kekuasaan? Menjajah?

Bukan. Islam datang membawa agama, ilmu, dan seperangkat perbaikan masyarakat. Dan ini tanggung jawab kita untuk melanjutkannya.