MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

First Impression Pacitan

First Impression Pacitan
Add Comments
Minggu, 20 Agustus 2023

Alhamdulillah di hari ke tiga perjalanan (19/08/2023) kami sampai di Kota Pahlawan, Surabaya. Setelah berlayar kurang lebih 26 jam, sekitar pukul 23.00 WIB kapal Pelni yang kami tumpangi merapat di Pelabuhan Tanjung Perak. Cerita selama berlayar bisa baca di sini dan di sini. Ada beberapa catatan yang semoga bermanfaat bagi yang ingin berlayar menggunakan Pelni.

Turun dari kapal perjuangannya luar biasa. Desak-desakan penumpang + buruh. Harusnya sih tidak perlu terburu-buru karena jadwal keberangkatan selanjutnya masih beberapa jam lagi. Tapi berhubung kami masih harus lanjut ke Pacitan, jadi harus gerak cepat biar tidak semakin larut berangkatnya. 

Oh ya, sekedar info, di Pelabuhan Surabaya tarif buruh bagasi sangat mahal. Minimal 200 ribu rupiah. Jadi bagi yang berbudget pas-pas an, pikir-pikir lagi kalau mau menggunakan jasa mereka.Tapi bagi kaum yang punya duit lebih, tidak ada salahnya berbagi rezeki dengan para buruh bagasi.

Alhamdulillah sekitar pukul 23.30 WIB kami sampai ke darat. Dijemput oleh sanak family dari kampung yang kapalnya sedang sandar di Pelabuhan Gresik. Salut sih, tengah malam menempuh perjalanan Gresik-Surabaya untuk bertemu kami. Dia juga membawa buah tangan dan bantu menemukan sopir travel yang akan membawa kami ke Pacitan. 

Tidak menunggu lama, perjalanan menuju Pacitan dimulai. Travelnya nyaman dan luas. Hanya ada satu penumpang yang menjadi teman seperjalanan. Biaya untuk berlima Rp.1.100.000. Kami lewat jalan tol sampai masuk kawasan Kabupaten Ngawi. Setelah jalan sekitar 2 jam, kami singgah di sebuah rest area bernama Depot Titin. 

Depotnya sangat luas. Berbagai fasilitas yang dibutuhkan para pejuang jarak tersedia di sini. Ada mushola, rumah makan prasmanan, toko cemilan dan oleh-oleh, juga yang tak kalah penting adalah kamar mandi dan toilet. Tempatnya bersih dan nyaman. 

Berhubung kami belum lapar, jadi hanya singgah untuk membeli cemilan dan menuntaskan panggilan alam. Perjalanan berlanjut ke Kabupaten Madiun. Sempat heran karena di sini sering terdapat tulisan Caruban. Ternyata, Caruban adalah ibu kota baru Kabupaten Madiun menggantikan Mejayan.

Dari Madiun masuk area Kota Reog, Ponorogo. Trek jalan yang kami lewati benar-benar perwujudan mendaki gunung lewati lembah. Di banyak titik terdapat pemberitahuan untuk berhati-hati karena sering terjadi longsor.  

Kata pak sopir, kalau lewat siang hari pemandangannya indah tapi ngeri. Hampir sepanjang jalan konturnya menanjak dan tikungan curam. Tepat di samping jalan terdapat jurang dengan kedalaman puluhan meter. Berhubung kami jalan malam hari jadi tidak bisa melihat medannya dengan jelas. 

Ekstrimnya, para sopir di sini sangat jarang menggunakan klakson. Mobil-mobil saling melambung tanpa memberi tanda. Padahal, jalanan cukup sempit untuk dilewati oleh dua kendaraan. Jadilah, sepanjang jalan berasa senam jantung .

Alhamdulillah, sekitar jam 5 subuh kami sampai di tempat tujuan yaitu kelurahan Ploso, Kota Pacitan. Ekspektasi kami, karena tiba H-1 sebelum nikahan sepupu, rumah si empunya hajat akan dipadati oleh tetangga dan sanak family. Tenda untuk acara hajatan juga sudah terpasang.Nyatanya, tidak demikian dengan di sini.

Berhubung ijab kabul dan resepsi akan berlangsung di Kampoeng Pacitan Hotel and Resto jadi pemilik hajatan tidak perlu repot-repot. Semua persiapan sudah di handle oleh WO. Jadi mereka bisa super santuy. Berbeda jauh dengan kebiasaan di kampung di Sulawesi. H-1 acara jadi hari paling riweh dan sibuk.

Kehadiran kami disambut hangat dan dijamu dengan kue-kue khas Pacitan. Berhubung kelelahan di perjalanan, kami dipersilahkan untuk istirahat sejenak. Saking capeknya, malah bablas ketiduran. Terbangun saat di panggil sarapan. Di momen sarapan ini ada beberapa orang dari pihak keluarga tuan rumah yang datang untuk sarapan bersama.

Setelah sarapan, kami bergeser ke rumah kost yang akan kami tempati selama di Pacitan. Letaknya sekitar 200 m dari rumah calon ipar. Rumah kostnya keren dan nyaman. Cocok untuk yang sedang liburan ke Pacitan. Kost nya berada tepat di samping Pluffy Store dan Tugu Bok Kebo.  


 Dilengkapi tempat tidur springbed, lemari, nakas kecil, TV, AC, tempat sampah, keranjang pakaian, WC dalam dengan air yang mengalir lancar. Bagi yang ingin memasak bisa menggunakan kompor yang berada di dapur. Tersedia juga tempat cuci piring, alat-alat makan, dan dispenser berisi air minum.

Di depan jejeran kamar kost terdapat area parkir dan saung mini. Penghuni yang membutuhkan tempat menjemur pakaian, bisa naik ke area atas. Tersedia hanger dan jepit pakaian. Pokoknya komplit.

Ibu kostnya super baik. Info sementara ini kost-kostan per bulan. Tapi kalau kebetulan kosong bisa disewa harian maupun mingguan. Untuk perbulan sekitar 300 ribu rupiah. Super murah. Defenisi kost elit, harga rakyat.

Rumah kost super nyaman + sisa-sisa kelelahan diperjalanan, bikin mata auto terpejam. Bangun-bangun dengar kabar duka dari kampung. Tetangga samping rumah meninggal. Berhubung tetangga tersebut pernah menitip uang sama ibu, langsung cari ATM untuk ditransfer. ATM BRI terletak di dekat Alun-Alun Pacitan. 

Perjalanan menuju ATM sekaligus jadi ajang trip tipis-tipis dalam kota Pacitan. Melihat rumah masa kecil Pak SBY, Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha (PPN) di perempatan Penceng, dan yang paling penting adalah Alun-Alun Pacitan. Sayangnya, saya tidak foto di tempat-tempat tersebut karena berpikir akan datang lagi. Eh, ternyata sampai pulang pun tidak sempat take gambar. Pulang dari ATM,lewat jalur lain biar supaya bisa melihat Museum SBY ANI. 

Sampai di kost, calon ipar datang dengan seperangkat hidangan lezat. Nasi, kerupuk, ayam, tempe orek, tahu goreng, telur rebus dan yang paling spesial sayur bening. Masya Allah, layanan prima euy.

Oh ya, bagi yang tidak memiliki kerabat di Pacitan, tak perlu ragu soal makanan. Di sini budget untuk makan cukup terjangkau. Salah satunya, di samping kost yang kami tempati. Ada warung makan yang menyediakan soto, kupat tahu, dan ikan goreng/bakar dengan harga super murce. Soto 5 ribu, kupat tahun 6 ribu, ikan bakar/goreng 10 ribu.

Berhubung penasaran sama bentukan dan rasanya, pas Rauf sampai dari Jogja dan belum makan, auto disuruh order ikan bakar. Daaaannn ... saat ikan bakarnya sudah jadi, speechless dong. Ikannya besar dan nasinya lumayan banyak. Dilengkapi sambal, kacang panjang dan kol rebus. Rasanya juga nyaman di lidah.

Aktivitas hari pertama di Pacitan kebanyakan rebahan. Diselingi agenda mencuci di sore hari. Walaupun badan masih remuk redam tapi pakaian kotor selama di Pelni mendesak untuk dituntaskan. Ibu kost menawarkan pakai mesin cuci untuk mengeringkan. Dari tempat menjemur, kita bisa menikmati nuansa sore hari Kota Pacitan.

Malamnya, kami ke rumah calon ipar. Niatnya mau bantu-bantu persiapan pesta besok, realitanya makan Soto dan cerita-cerita sama keluarga besar tuan rumah yang super ramah. Topik utama seputar perjalanan kami dari Sulawesi. Banyak yang penasaran dengan cerita perjalanan kami. 

Sekitar pukul 22.00 WIB, kami pamit pulang. Butuh istirahat sebelum menjemput hari esok yang istimewa. Alhamdulillah, first Impression di Pacitan sangat menyenangkan.